Laporan Praktikum Laju Fotosintesis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuhan merupakan salah satu produsen energy, karena pada umumnya tumbuhan bersifat outotrof, yaitu suatu organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dengan bantuan cahaya matahari, dan unsur-unsur lainnya. Pada rantai makanan tumbuhan menepati struktur tropic paling dasar dan paling berpengaruh.
Proses pembuatan bahan organik dengan bantuan bahan anorganik disebut fotosintesis. Fotosintesis telah lama dipelajari, dari mulai sekolah dasar sampai tingkat perkuliahan, namun dalam perkembangannya proses fotosintesis telah menciptakan sesuatu yang bemanfaat. Laju fotosintesis ialah banyaknya karbohidrat dan O2 yang dihasilkan fotosintesis per satuan waktu. Laju fotosintasis diantaranya dipengaruhi oleh intensitas (banyaknya) cahaya matahari dan kadar CO2. Dengan mengukur banyaknya gelombang udara (O2) Yang dihasilkan oleh tanaman air (hidrilla sp) pada praktukum ini, dapat diperkirakan laju fotosintesis tanaman tersebut akibat pengaruh intensitas cahaya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan diadakan praktikum ini adalah kita memahami pengaruh intensitas cahaya matahari tehadap laju fotosintesis pada beberapa jenis tumbuhan.
1.3. Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu pada pukul 13:30 tanggal 28, oktober 2011 di laboratorium UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri. (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwaada pigmen lain yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis. (Lakitan, 2007).
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika, sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada lingkungan yang kaya sumberdaya mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang terbatas. (Salisbury dan Ross, 1995).
Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi, tapi juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutup sebagian karena kekeringan. (Salisbury dan Ross, 1995).
Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul protein oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen kloroplas meliputi separuh dari kandungan kandungan lipida total pada membran tilakoid, sisanya adalah galaktolipida dan sedikit fosfolipida. Sterol sangat jarang dijumpai pada membran tilakoid. (Lakitan, 1993).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil. Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil. (Subandi, 2008).
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b). (Subandi, 2008).
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1. Alat Dan Bahan
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
-Gelas piala
-Batang pengaduk
-Corong
-Tabung reaksi
-Pinset
-Penghitung/counter
-Lampu 150 watt+kabel
B. Bahan
Adapun bahan dari percobaan ini yaitu:
-Hidrilla sp
-Kawat baja
-Air
-Larutan NaHCO3 0,25%
-Es
3.2. Metoda
1. Sepotong ranting hidrilla yang sehat di ikat pada ujung kawat baja dengan sehelai benang.
2. Kawat tabung tersebut dimasukan kedalam tabung reaksi sedemikian rupa sehingga pucuk ranting hidrilla sp terletak didasar gelas ukur dan ditambahkan larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,25% sehingga pangkal ranting itu terendam sedalam kurang lebih 5cm.
3. Seluruh rangkaian tersebut diletakan didalam gelas piala yang berisi air pada temperature kamar (24-25 drajat celcius)
4. Termometer digunakan sedemikian rupa sehingga reservoir air raksanya ada didekat gelas ukur.
5. Lampu 150 watt diletakan sejauh 5cm dari ranting hidrilla sp.
6. Lampu dinyalakan dan pangkal ranting tersebut diamati. Jika berlangsung baik, setelah beberapa menit akan ttampak gelembung-gelermbung kecil dan dalam interval waktu yang teratur akan muncul gelembung kecil melalui larutan bikarbonat.
7. Menghitung banyaknya gelembung per satuan waktu
8. Jarak antara lampu dan ranting diperbesar menjadi 10cm, 15cm, 20cm, dan 25cm. hal tersebut diamati dan dihitung setiap prosedur diatas (sebelumnya).
9. Rangkaian gambaran alat digambar diatas kertas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Melihat pada hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat pada kevariatifan antara percobaan yang satu dengan yang lainnya, yang telah dikontrol adalah jarak antara hidrilla sp dalam system dengan sumber cahaya. Menunjukan kecendrungan rata-rata laju reaksi fotosintesislebih cepat dengan jarak yang paling dekat, pada pembahasan ini jarak yang paling dekat adalah 5cm antara tumbuhan air hidrilla sp dengan sumber cahaya yaitu, pada menit ke 00,25. Sedangkan pada jarak 10, 15, dan 20 rata-rata terjadi pada menit ke-2, apalagi dengan jarak terpanjang yaitu 25cm terjadi pada menit ke-5 laju reaksi fotosintesis ini dapat terlihat dengan cara memperhatikan setiap gelembung gas O2 yang terbentuk selama proses praktikum berjalan.
Dan segi intensitas kuantitatif dari jumlah gelembung gas O2 yang terbentuk dan terangkat, yang paling banyak adalah pada saat tumbuhan hidrilla sp dalam system dengan jarak yang paling dekat juga dengan sumber cahaya, yaitu pada jarak 5cm dengan jumlah 9 gelembung gas selama kurun waktu 5 menit, berarti menunjukan kecepatan laju reaksinya 37,45 detik per gelembung gas O2 yang dihasilkan dari fotosintesis tersebut. Laju tersebut untuk jarak 5cm, sedangkan untuk jarak 10cm adalah 61 detik per gelembung, jarak 15cm adalah 84 gelembung, 20cm adalah 11 detik per gelembung dan 25cm adalah 4 menit 29 detik per gelembung. Sebagai catatan untuk jarak 15cm gelembung terakhir yang terbentuk dalam kisaran waktu 5 menit adlah pada menit ke-02.10, setelah itu reaksi bejalan sangat lama dan melebihi waktu yang dialokasikan. Jumlah gelombang yang dihasilkan semakin sedikit dengan pertambahan jarak pada sumber cahaya.
Bahan yang digunakan adalah tumbuhan hidrilla sp bertujuan agar laju fotosintesis berjalan dengan cepat didalam larutan NaHCO3 0,25% menggunakan tumbuhan air berfungsi atau berguna pada saat pengamatan, O2 terbentuk oleh stoma dan keluar melalui larutan NaHCO3 0,25% , jadi gas dapat dilihat dengan melihat cirri-cirinya. Menggunakan larutan NaHCO3 0,25% bertujuan sebagai katavsator fotosintesis pada hidrilla sp dah H2O sebagai bagian terukur dan terpisah dari tumbuhan objek bertujuan agar cahaya tidak dapat menembus langsung ke objek, jika terjadi pengamatan akan berjalan kurang optimal.
Suhu air harus konstan berkisar 24 sampai 25 drajat celcius karena air merupakan salah satu variable terikat pada praktikum ini, serta enzim yang berjalan didalam struktur hidrilla sp tidak terganggu oleh suhu lingkungan. Untuk menjaga suhu agar tetap stabil ialah menggunakan es batu secukupnya sedemikian sehingga suhu air menjadi tetap 24-25 drajat celcius.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Cahaya merupakan sumber utama energy bagi kehidupan. Energicahaya khususnya cahaya matahari masuk kedalam komponen brotik melalui perantara produsen atau tumbuhan. Oleh tumbuhan energy matahari diubah menjadi energy kimia.
Laju Fotosintesis sangat di pengaruhi oleh cahaya, baik itu cahaya buatan ataupun cahaya matahari, semakin banyak cahayaa (intensitas) yang masuk, maka laju fotosintesisnya pun akan semakin berlangsung cepat dengan kata lain sebanding intensitas yang dipergunakan dalam proses fotosinttesis.
B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalaah:
1. Sebaiknya dalam melakukan praktikan harus tertib
2. Laboratorium: sebaiknya alat-alat yang di sediakan laboratorium di perhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik.
Laporan Praktikum Laju Fotosintesis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuhan merupakan salah satu produsen energy, karena pada umumnya tumbuhan bersifat outotrof, yaitu suatu organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dengan bantuan cahaya matahari, dan unsur-unsur lainnya. Pada rantai makanan tumbuhan menepati struktur tropic paling dasar dan paling berpengaruh.
Proses pembuatan bahan organik dengan bantuan bahan anorganik disebut fotosintesis. Fotosintesis telah lama dipelajari, dari mulai sekolah dasar sampai tingkat perkuliahan, namun dalam perkembangannya proses fotosintesis telah menciptakan sesuatu yang bemanfaat. Laju fotosintesis ialah banyaknya karbohidrat dan O2 yang dihasilkan fotosintesis per satuan waktu. Laju fotosintasis diantaranya dipengaruhi oleh intensitas (banyaknya) cahaya matahari dan kadar CO2. Dengan mengukur banyaknya gelombang udara (O2) Yang dihasilkan oleh tanaman air (hidrilla sp) pada praktukum ini, dapat diperkirakan laju fotosintesis tanaman tersebut akibat pengaruh intensitas cahaya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan diadakan praktikum ini adalah kita memahami pengaruh intensitas cahaya matahari tehadap laju fotosintesis pada beberapa jenis tumbuhan.
1.3. Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu pada pukul 13:30 tanggal 28, oktober 2011 di laboratorium UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri. (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwaada pigmen lain yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis. (Lakitan, 2007).
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika, sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada lingkungan yang kaya sumberdaya mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang terbatas. (Salisbury dan Ross, 1995).
Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi, tapi juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutup sebagian karena kekeringan. (Salisbury dan Ross, 1995).
Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul protein oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen kloroplas meliputi separuh dari kandungan kandungan lipida total pada membran tilakoid, sisanya adalah galaktolipida dan sedikit fosfolipida. Sterol sangat jarang dijumpai pada membran tilakoid. (Lakitan, 1993).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil. Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil. Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil. (Subandi, 2008).
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b). (Subandi, 2008).
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1. Alat Dan Bahan
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
-Gelas piala
-Batang pengaduk
-Corong
-Tabung reaksi
-Pinset
-Penghitung/counter
-Lampu 150 watt+kabel
B. Bahan
Adapun bahan dari percobaan ini yaitu:
-Hidrilla sp
-Kawat baja
-Air
-Larutan NaHCO3 0,25%
-Es
3.2. Metoda
1. Sepotong ranting hidrilla yang sehat di ikat pada ujung kawat baja dengan sehelai benang.
2. Kawat tabung tersebut dimasukan kedalam tabung reaksi sedemikian rupa sehingga pucuk ranting hidrilla sp terletak didasar gelas ukur dan ditambahkan larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,25% sehingga pangkal ranting itu terendam sedalam kurang lebih 5cm.
3. Seluruh rangkaian tersebut diletakan didalam gelas piala yang berisi air pada temperature kamar (24-25 drajat celcius)
4. Termometer digunakan sedemikian rupa sehingga reservoir air raksanya ada didekat gelas ukur.
5. Lampu 150 watt diletakan sejauh 5cm dari ranting hidrilla sp.
6. Lampu dinyalakan dan pangkal ranting tersebut diamati. Jika berlangsung baik, setelah beberapa menit akan ttampak gelembung-gelermbung kecil dan dalam interval waktu yang teratur akan muncul gelembung kecil melalui larutan bikarbonat.
7. Menghitung banyaknya gelembung per satuan waktu
8. Jarak antara lampu dan ranting diperbesar menjadi 10cm, 15cm, 20cm, dan 25cm. hal tersebut diamati dan dihitung setiap prosedur diatas (sebelumnya).
9. Rangkaian gambaran alat digambar diatas kertas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Melihat pada hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat pada kevariatifan antara percobaan yang satu dengan yang lainnya, yang telah dikontrol adalah jarak antara hidrilla sp dalam system dengan sumber cahaya. Menunjukan kecendrungan rata-rata laju reaksi fotosintesislebih cepat dengan jarak yang paling dekat, pada pembahasan ini jarak yang paling dekat adalah 5cm antara tumbuhan air hidrilla sp dengan sumber cahaya yaitu, pada menit ke 00,25. Sedangkan pada jarak 10, 15, dan 20 rata-rata terjadi pada menit ke-2, apalagi dengan jarak terpanjang yaitu 25cm terjadi pada menit ke-5 laju reaksi fotosintesis ini dapat terlihat dengan cara memperhatikan setiap gelembung gas O2 yang terbentuk selama proses praktikum berjalan.
Dan segi intensitas kuantitatif dari jumlah gelembung gas O2 yang terbentuk dan terangkat, yang paling banyak adalah pada saat tumbuhan hidrilla sp dalam system dengan jarak yang paling dekat juga dengan sumber cahaya, yaitu pada jarak 5cm dengan jumlah 9 gelembung gas selama kurun waktu 5 menit, berarti menunjukan kecepatan laju reaksinya 37,45 detik per gelembung gas O2 yang dihasilkan dari fotosintesis tersebut. Laju tersebut untuk jarak 5cm, sedangkan untuk jarak 10cm adalah 61 detik per gelembung, jarak 15cm adalah 84 gelembung, 20cm adalah 11 detik per gelembung dan 25cm adalah 4 menit 29 detik per gelembung. Sebagai catatan untuk jarak 15cm gelembung terakhir yang terbentuk dalam kisaran waktu 5 menit adlah pada menit ke-02.10, setelah itu reaksi bejalan sangat lama dan melebihi waktu yang dialokasikan. Jumlah gelombang yang dihasilkan semakin sedikit dengan pertambahan jarak pada sumber cahaya.
Bahan yang digunakan adalah tumbuhan hidrilla sp bertujuan agar laju fotosintesis berjalan dengan cepat didalam larutan NaHCO3 0,25% menggunakan tumbuhan air berfungsi atau berguna pada saat pengamatan, O2 terbentuk oleh stoma dan keluar melalui larutan NaHCO3 0,25% , jadi gas dapat dilihat dengan melihat cirri-cirinya. Menggunakan larutan NaHCO3 0,25% bertujuan sebagai katavsator fotosintesis pada hidrilla sp dah H2O sebagai bagian terukur dan terpisah dari tumbuhan objek bertujuan agar cahaya tidak dapat menembus langsung ke objek, jika terjadi pengamatan akan berjalan kurang optimal.
Suhu air harus konstan berkisar 24 sampai 25 drajat celcius karena air merupakan salah satu variable terikat pada praktikum ini, serta enzim yang berjalan didalam struktur hidrilla sp tidak terganggu oleh suhu lingkungan. Untuk menjaga suhu agar tetap stabil ialah menggunakan es batu secukupnya sedemikian sehingga suhu air menjadi tetap 24-25 drajat celcius.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Cahaya merupakan sumber utama energy bagi kehidupan. Energicahaya khususnya cahaya matahari masuk kedalam komponen brotik melalui perantara produsen atau tumbuhan. Oleh tumbuhan energy matahari diubah menjadi energy kimia.
Laju Fotosintesis sangat di pengaruhi oleh cahaya, baik itu cahaya buatan ataupun cahaya matahari, semakin banyak cahayaa (intensitas) yang masuk, maka laju fotosintesisnya pun akan semakin berlangsung cepat dengan kata lain sebanding intensitas yang dipergunakan dalam proses fotosinttesis.
B. Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalaah:
1. Sebaiknya dalam melakukan praktikan harus tertib
2. Laboratorium: sebaiknya alat-alat yang di sediakan laboratorium di perhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik.
Laporan Praktikum Laju Fotosintesis